Beranda OPINI Memperingati Nuzulul Qur’an 1445 H: Membangun Peradaban Qur’ani

Memperingati Nuzulul Qur’an 1445 H: Membangun Peradaban Qur’ani

0
Dr Heri Solehudin.
banner 468x60

“Peradaban Qur’ani dibangun diatas pondasi moralitas yang kuat, yang terinspirasi langsung dari ajaran Al-Qur’an. Ini mencakup seperti nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesetaraan dan kasih sayang.”

DEPOKNETWORK.COM – Nuzulul Qur’an secara harfiah berarti turunnya Al-Qur’an. Beberapa Riwayat menyebutkan bahwa Malam Lailatul Qadar dipercaya sebagai malam ketika Al-Qur’an pertama kali diturunkan dari Lauhul Mahfuz (Lembaran Terpelihara di Surga) ke langit dunia. Kejadian pertama kali turunnya ayat Al-Qur’an terjadi di Gua Hira, Mekah, pada tahun 610 Masehi, yang dikenal sebagai peristiwa Nuzulul Qur’an. Ayat pertama yang diturunkan adalah bagian dari surat Al-Alaq, yaitu ayat 1-5. Momen ini menandai dimulainya kenabian Nabi Muhammad SAW dan menjadi titik awal dari Sejarah Perjalanan  Islam.

banner 336x280

Menurut Muhammad Husain Haikal, dalam sebuah malam ketika Nabi Muhammad SAW tertidur di Gua Hira, Malaikat Jibril mendatanginya membawa selembar wahyu seraya mengatakan kepadanya: “Iqra (bacalah)”. Muhammad terkejut dan menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Jibril kemudian mendekapnya hingga sesak, lalu melepaskan dan berkata lagi, “Bacalah”. Mendengar ini, Nabi Muhammad bertanya, “Apa yang harus saya baca?” Djibril kembali mendekatinya dan berkata, “Bacalah! Dengan Nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. Dia mengajar dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum mereka ketahui…” (Surah Al-Alaq: 1-5).

Al-Qur’an petunjuk moral, spiritual dan perubahan

Selama dua puluh tahun dua bulan dua puluh dua hari, ayat-ayat Al-Quran terus turun secara berkesinambungan, dan dalam kurun waktu tersebut Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tekun mengajarkan Al-Quran serta membimbing umatnya. Akibatnya, mereka berhasil membangun masyarakat yang memadukan ilmu dan iman, cahaya dan petunjuk, keadilan dan kemakmuran di bawah rahmat dan ampunan Ilahi. Pertanyaan mungkin muncul, “Mengapa butuh waktu dua puluh tahun lebih untuk mencapai kesuksesan ini? Henry Klassen seorang Profesor besar dari Harvard University menyebutkan bahwa meskipun Al-Quran merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, namun proses turunnya wahyu selama lebih dari dua puluh tahun menunjukkan keterkaitan yang kuat antara Al-Quran dan kehidupan nyata (yaitu antara teks, penerima pertama yaitu Nabi SAW dan realitas objek) yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Penelitian tersebut menyoroti bahwa Al-Quran bukan sekadar kumpulan ayat-ayat yang terpisah, tetapi merupakan pedoman hidup yang relevan dengan setiap situasi dan kondisi kehidupan manusia. Ayat-ayat yang diturunkan secara bertahap selama dua puluh tahun lebih tidak hanya memberikan petunjuk moral dan spiritual, tetapi juga memberikan solusi konkret untuk menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Keterkaitan yang kuat ini, menurut Qasim Mathar, dalam beberapa kesempatan menjelaskan bahwa wahyu yang diturunkan oleh Tuhan tidak bertujuan untuk menghapus budaya yang ada, tetapi datang untuk menghormatinya, meningkatkannya, dan menempatkannya pada tingkat kehormatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pesan “iqra” (bacalah) memiliki makna yang mendalam, terutama dalam konteks kehidupan kita saat ini, pesan “iqra” tidak hanya mengajak untuk membaca secara harfiah, tetapi juga memberikan pelajaran penting untuk memahami realitas kehidupan secara holistik dan menyeluruh,  hal ini sekaligus menegaskan bahwa Al-Quran bukan hanya mengandung ajaran agama, tetapi juga berfungsi sebagai sistem penjelas terhadap ayat-ayat kauniyyah (realitas alam semesta). Dalam era informasi dan teknologi seperti sekarang ini, dimana akses terhadap berbagai sumber informasi begitu melimpah, pesan “iqra” juga mengingatkan kita akan pentingnya membaca dan memahami realitas yang ada di sekitar kita, bukan hanya membaca kata-kata, tetapi juga membaca tanda-tanda alam, memahami proses-proses yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan merenungkan makna di baliknya.

Dengan membaca realitas kehidupan umat maka kita dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang tujuan hidup, makna eksistensi, dan peran mereka dalam menjaga kelestarian alam semesta. Al-Quran memberikan panduan dan petunjuk yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara manusia, alam dan Sang Pencipta. Karena itu, pesan “iqra” tidak hanya relevan pada zamannya Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sangat relevan untuk umat Islam masa kini. Dengan membaca dan memahami realitas kehidupan sekitar, umat dapat menggali hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam setiap fenomena alam dan peristiwa kehidupan, serta menjadikan Al-Quran sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh kebijaksanaan.

Kontekstualisasi Al-Qur’an

Kita tentu meyakini bahwa Alquran adalah wahyu Allah yang akan selalu relevan dalam setiap ruang dan waktu (Sholihun likulli zaman wal makan), maka dalam konteks kita saat ini kita harus mampu membumikan pesan-pesan Al-Qur’an dalam konteks kekinian. Ini adalah upaya untuk membawa ajaran Islam dari tingkat individu menjadi sebuah pondasi bagi perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik suatu masyarakat, maka membangun masyarakat berperadaban Qur’ani adalah pilihan kita sebagai bangsa dengan populasi muslim terbesar.

Peradaban Qur’ani dibangun di atas fondasi moralitas yang kuat, yang terinspirasi langsung dari ajaran Al-Qur’an. Ini mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang. Setiap aspek kehidupan, dari kehidupan pribadi hingga hubungan sosial dan bisnis, harus dipandu oleh prinsip-prinsip moral, inilah catatan penting yang harus selalu kita ingat disaat bangsa ini mengalami krisis moral yang sangat akut, dimana pelanggaran moral dianggap hal yang biasa-biasa saja. Selain itu prinsip keadilan dan kesetaraan harus diterapkan dalam semua aspek kehidupan, baik ekonomi, politik dan termasuk dalam sistem hukum, distribusi sumber daya, dan kesempatan pendidikan dan pekerjaan serta menekankan pentingnya menciptakan masyarakat yang sejahtera dan penuh kasih sayang, memberikan perlindungan sosial bagi yang lemah, memerangi kemiskinan dan ketidakadilan, serta mempromosikan kesejahteraan bagi semua anggotanya.

Tentu bukan hal yang sederhana untuk mewujudkan peradaban Qur’ani, akan tetapi juga bukan hal yang mustahil meskipun tentu kita menyadari bahwa hal ini memerlukan proses panjang yang membutuhkan kesabaran, kerja keras, dan kesatuan umat. Namun, dengan tekad yang kuat dan komitmen kita bersama sebagai umat yang besar semuanya pasti dapat terwujud, sehingga umat Islam dapat menjadi role model baik bagi masyarakat dunia dalam tata kehidupan duniawi. Wallahu ‘a’lam.

Penulis : Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Direktur Heri Solehudin Center, Wakil Ketua PDM Kota Depok).

banner 336x280

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini